Wednesday, January 6, 2016

Bahagia Dunia Sudah Cukup, Kemudian

Dan di antara mereka ada orang yang berdo'a: 'Ya Tuha Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. Al Baqarah [2]: 201)

Salah satu kisah terindah tentang rasa bahagia memiliki amal sholeh, harta bukan sebagai tolak ukur agar mereka bahagia, dunia dan seisinya hanya dalam genggaman saja, maka pantaslah ketika Allah berfirman dalam QS Al Bayyinah ayat 8.

Syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepadanya, yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
Siapa di antara kita yang tidak ingin mendapat ridha dari Allah SWT, sebagai umat Islam pasti ridha Allah menjadi keinginan setiap orang Islam. Banyak dari kita yang telah meng-klaim bahwa ' saya mencintai Allah SWT dan mencintai Rasul beserta sunnah-sunnahnya'. Namun masih banyak keyakinan di dalam diri kita yang kurang yakin akan hal itu, dilihat dari keseharian kita yang jauh dari sifat-sifat pengasih dikarenakan kesibukan yang ada di dunia yang tidak pernah selesai. Masih sedikti pula yang mengaplikasikan kecintaan kepada Rasulullah saw, kemudian pantaskah kita mendapatkan derajat yang dapat disamakan dengan para sahabat Nabi dan para Tabi'in pada zaman keNabian .Kemana keinginan kita untuk mencari ridha Allah dari perilaku kita yang seperti itu.

Ada beberap poin penting yang dipaparkan oleh Ibnu Abbas ra tentang kebahagiaan, yakni:

Biah sholihah (lingkungan yang baik)
Dari Aisyah ra, Jibril senantiasa mewasiatkan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga sehingga aku mengira tetangga juga akan mendapatkan harta waris. (HR. Bukhori)
Dari mereka, keluarga ini dapat mewarnai atau terwarnai. Tidak ada batasan-batasan dalam Islam tentang tetangga secara kuantitatif. Tetangga merupakan saudara dekat kita yang berada di samping, belakang, depan rumah atau tempat tinggal kita. Dimana perlu untuk memperhatikan tetangga kita yang dilihat dari akhlak yang biasa terlihat di dalam masyarakat. Perhatian ini perlu juga untuk kehati-hatian kita agar tidak ikut ke dalam akhlak yang buruk karena pengaruh dari tetangga kita dan tidak pula kita tidak berbuat buat baik kepada tetangga kita. Apabila dalam satu pemukiman masyarakat ada tetangga yang berakhlak baik maka kebaikan akhlak tersebut dapat menjadi sebab kebaikan seluruh masyarakat. Wajib pula kita mendo'akan tetangga kita agar berakhlak baik agar sibghoh ketercelaan itu tidak mengenai keluarga lain.

Tafaquh fiddin (bersemangat dalam memahami agama)
Ujar Imam Syafi'i, ia seorang yang paling banyak hafal di antara perawi semasanya, sedangkan berkata Imam Bukhori,' ada kira-kira delapan ratus orang atau lebih dari sahabat tabi'in dan ahli ilmu yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah.'

Kesungguhan dalam bersemangat mendalami agama ini menjadikan ibu dari Abu Hurairah masuk Islam. Bergembiralah dirinya, ibunya yang sudah dalam barisan kaum muslimin jauh lebih baik daripada sebelumnya, jika sebelumnya suka mencaci Rasulullah saw, kini menjadi muslimah. Karena wasilah Abu Hurairah ra dalam kecintaan dirinya terhadap ilmu dan juga karena wasilah do'a Rasulullah terhadap ibu dari dirinya. 'Ya Allah tunjuklah ibu Abu Hurairah'. begitulah do'a Rasulullah saw yang mengantarkan hidayah kepada ibu Abu Hurairah ra.

Umur yang barokah
Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai :(1) umurnya dimanakah ia habiskan, (2) ilmunya dimanakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh, dan (4) dimanakah ia infakkan, dan (5) mengenai tubuhnya dimanakah usangnya. (HR. Tirmidzi)

Bagi Abu Bakar Ash Shidiq ra, menemani Rasulullah saw, ketika berhijrah menjadi pilihannya, meski kecemasan akan teror senantiasa membayangi mereka, harapannya agar catatan penggunaan umur beliau istimewa di mata Allah SWT. Sebagaimana juga dengan yang dilakukan oleh Hanzalah ra, di saat malam pertama sebagai seorang pengantin dengan muslimah yang ia nikahi, antara cita dan cinta. Ia memilih untuk membersamai Rasulullah saw turut dalam peperangan di pagi harinya. Ia mensudahi semerbak mewangi aroma pengantin itu, menuju aroma kesyahidan di barisan muslimin, yang berjuang demi tegaknya kalimat Allah SWT.

Sumber :
Wening Nurhadian, S.Pd,Si (Jamaah Sekolah Dai Muhammadiyah PCM Pleret), Risalah Jum'at edisi 10/XXV, 6 Rabi'ul awwal 1437 H / 18 Desember 2015 M

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih