Secara umum jika kita membahas terkait Syahadatain maka dua hal yang perlu diingat yakni adalah Syahadat untuk Allah SWT dan Syahadat untuk Rasulullah saw yang merupakan Nabi akhir zaman. Ketentuan ini ada pada ajaran Islam, yakni seseorang yang dalam keimanan yang Allah kehendaki menempuh jalan yang Allah kehendaki berupa nikmat Islam. Keyakinan manusia terhadap Islam itu lah yang tertuang dalam rukun Islam, ajaran Islam memberikan klausa bahwa orang yang ber-Islam memasuki gerbang Ke-Islaman dengan bersyahadat. Syahadat untuk Allah (Tauhid) dan Syahadat untuk Rasulullah saw (Risalah), dimana keduanya tidak dapat dipisahkan dikarenakan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kepribadian, perilaku, dan perbuatan mereka.
Yang dimaksud Syahadat Tauhid adalah persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, sedangkan Syahadat Risalah adalah persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Nabi dan utusan Allah SWT.
1. Syahadat Tauhid
Sebagai makhluk yang teristimewakan dengan akalnya, manusia diberi amanah kepemimpinan di bumi dan tidak dibiarkan begitu saja tanpa adanya pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan. Dari konsekuensi yang harus diterima manusia sebagai makhluk yang berakal yakni bahwa ada keputusan dimana manusia dengan persaksiannya terhadap Allah SWT, bahwa tidak ada tuhan yang disembah, yang diibadahi, yang diagungkan, yang diharapkan, yang dimintai pertolongan, yang dibesarkan selain Allah Yang Maha Esa.
Sepantasnya manusia perlu berpikir atas dasar akalnya tersebut bahwa tidak ada yang mampu menjadi Tuhan selain Allah SWT yang mampu memberikan pertolongan, memberikan perlindungan, memberikan rezeki, memberikan segalanya tanpa ada yang menghalangi. Maka jika ada yang mengaku atau diakui sebagai tuhan sebagai penolong, pemberi rezeki, yang Agung, yang disembah, dan diibadahi namun tidak dapat menjadi tuhan untuk dirinya berarti dia bukan tuhan. Karena tuhan tidak mati, tidak hilang, tidak lenyap, tidak habis, tidak memiliki masa, tidak tertandingi sebab Dia pemilik Kuasa dan Raja alam semesta, yakni ALLAH SWT.
Logika orang Arab Badui itu sangat sederhana. Tuhan yang disembah, dimintai pertolongan, dan tempat berlindung itu harus dapat melindungi dirinya bahkan harus lebih hebat dibanding penyembahnya.
Allah berfirman dalam QS. Al Hajj [22]: 73-74,
Wahai sekalian manusia, telah dibuat suatu perumpamaan, karena itu dengarkanlah," Sesungguhnya pihak-pihak yang kalian seru sekalian Allah itu tidak akan dapat menciptakan seekor lalat, meskipun mereka bersatu padu untuk melakukannya. Bahkan sekiranya mereka dihinggapi lalat pun tidak dapat menghindarkan diri. Sama-sama lemahnya, baik yang meminta maupun yang diminta. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
2. Syahadat Risalah
Untuk menjaga kehormatan manusia, Allah SWT menurunkan petunjuk berupa wahyu yang terdapat dalam Kitab Suci dan mengutus para Rasul yang membimbing mereka untuk menemukan dan mengenali Tuhan sebenarnya. Urgen untuk ada karena sebagai jalan hamba Allah SWT untuk mengenal siapa Al Khaliq, karena selain itu semuanya adalah makhluk-Nya. Petunjuk dari para Rasul itulah yang dinamakan risalah, yang berarti Syahadat Risalah. Manusia yang telah bersyahadat Dengan Menyebut Asma Allah dan Rasul sebagai utusan Allah maka mereka sudah dikatakan sebagai seorang Muslim.
Sampai pada masa Rasulullah saw sebagai pembimbingan makhluk Allah agar mereka taat dan beribadah kepada-Nya bukan beribadah dan taat kepada selain Allah Yang Maha Esa. Karena rahmat-Nya, Allah menurunkan Kitab-Kitab Allah kepada para Rasul-Nya sebagai upaya untuk memberikan petunjuk kepada makhluknya dikarenakan tidak dimungkin manusia dapat menerima ajaran Allah SWT secara langsung kecuali melalui perantara para Rasul-Nya.
Allah mengutus malaikat Jibril As sebagai perantara untuk menyampaikan wahyu kepara para Rasul sehingga mereka dapat belajar dan memahami akan Kuasa Allah SWT. Dalam Risalah yang ada Allah SWT berfirman di dalam Al Qur'an dan kita mengetahui bahwa Nabi dan Rasul terdapat 25, mulai dari Nabi Adam as sampai yang terakhir Nabi akhir zaman Nabi Muhammad bin Abdullah saw. Ada pun 4 Nabi yang mendapatkan gelar sebagai Ulul Azmi karena kegigihannya dalam berjihad dan berjuang adalah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad saw dan yang beliau Nabi Muhammad bin Abdullah saw juga dikenal sebagai sayyidul 'anbiya' wal mursalin.
Tidak pula beriman dan berislam dengan benar sebelum mengikuti ajaran dari Nabi Muhammad bin Abdullah saw, sebagaimana sabda beliau:
Tidaklah beriman salah seorang kalian sebelum hawa (nafsunya) mengikuti (ajaran) yang aku bawa.
(Disebutkan dalam Arba'in An Nawawiyyah hadits ke-41)
Sampai pada masa Rasulullah saw sebagai pembimbingan makhluk Allah agar mereka taat dan beribadah kepada-Nya bukan beribadah dan taat kepada selain Allah Yang Maha Esa. Karena rahmat-Nya, Allah menurunkan Kitab-Kitab Allah kepada para Rasul-Nya sebagai upaya untuk memberikan petunjuk kepada makhluknya dikarenakan tidak dimungkin manusia dapat menerima ajaran Allah SWT secara langsung kecuali melalui perantara para Rasul-Nya.
Allah mengutus malaikat Jibril As sebagai perantara untuk menyampaikan wahyu kepara para Rasul sehingga mereka dapat belajar dan memahami akan Kuasa Allah SWT. Dalam Risalah yang ada Allah SWT berfirman di dalam Al Qur'an dan kita mengetahui bahwa Nabi dan Rasul terdapat 25, mulai dari Nabi Adam as sampai yang terakhir Nabi akhir zaman Nabi Muhammad bin Abdullah saw. Ada pun 4 Nabi yang mendapatkan gelar sebagai Ulul Azmi karena kegigihannya dalam berjihad dan berjuang adalah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad saw dan yang beliau Nabi Muhammad bin Abdullah saw juga dikenal sebagai sayyidul 'anbiya' wal mursalin.
Tidak pula beriman dan berislam dengan benar sebelum mengikuti ajaran dari Nabi Muhammad bin Abdullah saw, sebagaimana sabda beliau:
Tidaklah beriman salah seorang kalian sebelum hawa (nafsunya) mengikuti (ajaran) yang aku bawa.
(Disebutkan dalam Arba'in An Nawawiyyah hadits ke-41)
Sumber :
Jasiman, Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah, Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2016.
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih