السّلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Bahagia bukan hanya diartikan sebagai manusia dalam mengumpulkan dan memiliki banyak harta, jabatan, pasangan, teman, keuntungan, dan suatu kepuasan di dalam diri. Karena bahagia sejati dan semu itu sangatlah berbeda, bahagia sejati dikatakan sebagai kebahagiaan yang dirasakan selamanya dan memiliki makna bahwa tidak hanya dirasakan sekarang saja akan tetapi yang dirasakan dari sebelum melakukannya (past), saat dilakukan (present), dan setelah dilakukan (perfect). Bahagia seperti itulah yang dikatakan bahagia sejati, tidak hanya dirasakan setelah melakukan atau saat melakukan dan setelah melakukan saja. Sedangkan, bahagia semu itu hanya dirasakan saat itu saja tanpa ada rasa bahagia sebelum melakukan ataupun setelah melakukan dan hal ini yang banyak manusia rasakan dan terjadi pada berbagai aspek. Misalkan saja ketika diberi cokelat, sepeda, mobil, motor, handphone bahkan rumah tanda-tanda kebahagiaan hanya dirasakan saat itu saja dan bahagia seperti ini dikatakan bahagia yang semu.
Menurut Saidina Ali Bin Abi Thalib ra, ada 7 kunci kebahagiaan hidup
1. Jangan membenci sesiapapun, walau ada yang menyalahi hakmu.
2. Jangan pernah bersedih secara berlebihan sekalipun masalah memuncak.
3. Hiduplah dalam kesederhanaan sekalipun serba ada.
4. Jangan memutus do'a untuk saudara mukmin.
5. Perbanyaklah memberi walaupun anda sedang susah.
6. Berbuatlah kebaikan sekalipun banyak musibah.
7. Tersenyumlah walaupun hatimu sedang menangis.
1. Jangan membenci sesiapapun, walau ada yang menyalahi hakmu.
2. Jangan pernah bersedih secara berlebihan sekalipun masalah memuncak.
3. Hiduplah dalam kesederhanaan sekalipun serba ada.
4. Jangan memutus do'a untuk saudara mukmin.
5. Perbanyaklah memberi walaupun anda sedang susah.
6. Berbuatlah kebaikan sekalipun banyak musibah.
7. Tersenyumlah walaupun hatimu sedang menangis.
Bahwa kebahagiaan itu bukan berarti hanya secara nampak namun bahagia itu dapat dirasakan walaupun tidak nampak. Penilaian yang diberikan Saidina Ali tentang suatu kebahagiaan bukan dari kebahagian secara nampak namun lebih dari itu.
Kebahagiaan yang nampak dapat terlihat ketika banyak harta, teman, keuntungan, jabatan tinggi, dan kepuasan yang lainnya. Dalam hal ini, kebahagiaan hanya diartikan sebagai bahagia semu karena hanya dirasakan, hanya terlihat saat itu saja tidak memiliki kelanjutan atau secara kontinyu dirasakan.
Islam mengajarkan kebahagiaan dalam firman Allah SWT,
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
QS. Ibrahim [14] : 7
QS. Ibrahim [14] : 7
Kebahagiaan sejati bukan berdasarkan pada kuantitas dan kualitas suatu kepuasaan yang dirasakan namun pada rasa syukur terhadap apa yang telah diterima, dimiliki, dan digunakan sehingga memiliki manfaat yang lebih banyak dan besar bukan hanya untuk diri sendiri namun untuk seluruhnya.
Jadi, yang sedang sakit, patah hati, kurang hartanya, susah dalam urusan pekerjaannya, sempit jalan keluarnya, susah jodohnya, sedikit temannya, dan sebagainya bukan berarti tidak bahagia. Karena bahagia sejati bukan yang tampak saja namun lebih dari itu. Banyak yang harta melimpah akan tetapi sulit dalam urusan kesehatan, mudah pekerjaannya namun keluarganya berantakan, mudah jodohnya tetapi ada yang cerai dan nikah lagi, dan masih banyak lagi. Hal seperti itu mungkin terjadi dan dapat terjadi pada siapa saja, tenangkan hati dan pikiran serta coba perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT.